Selasa, 10 November 2009

Selamat Menduduki Peperiksaan

Kepada pelajar-pelajar tingkatan lima yang akan mengambil Sijil Peperiksaan Malaysia 2009, diucapkan semoga berjaya, usaha hingga ke penghujung kemudian bertawakkal kepada Allah S.W.T.. InsyaAllah, kejayaan yang syumul akan diberikan olehNya.


Dapatkan Mesej Bergambar di Sini



Dapatkan Mesej Bergambar di Sini



Dapatkan Mesej Bergambar di Sini

Khamis, 17 September 2009


Dapatkan Mesej Bergambar di Sini

BADRI mengucapkan selamat menyambut Syawal yang bakal menjelang. Semoga semua dapat menghayatinya. Pihak Blogger BADRI memohon sejuta kemaafan atas silap dan salah yang pernah yang dilakukan. Selamat Hari Raya Aidilfitri Maaf Zahir dan Batin.


Dapatkan Mesej Bergambar di Sini

Selasa, 11 Ogos 2009

Rahsia Diwajibkan Solat

SOLAT adalah satu perintah yang diwajibkan ke atas orang Islam setiap hari. Umat Islam dituntut melakukan ibadat itu menurut sebagaimana diperintahkan Rasulullah s.a.w, daripada takbir, bacaan, perbuatan hingga ke akhir salamnya dengan penuh takwa. Orang yang mendirikan solat adalah orang yang beriman. Orang yang beriman mesti mendirikan solat.

" Katakanlah kepada hamba-Ku yang beriman, hendaklah mereka itu mendirikan solat." (Ibrahim:31)

Di dalam al-Quran, dilaporkan ada lebih 25 tempat ayat "agama" yang merujuk kepada makna perintah mendirikan solat dan lebih 70 kali perkataan "as-solah" atau solat diulang dan disebut dalam al-Quran. Antaranya, firman yang bermaksud:

" Kemudian apabila kamu telah selesai mengerjakan solat, maka hendaklah kamu menyebut dan mengingati Allah semasa kamu berdiri atau duduk, dan semasa kamu berbaring.

" Kemudian apabila kamu telah berasa tenteram (berada dalam keadaan aman) maka dirikanlah solat itu (dengan sempurna sebagaimana biasa). Sesungguhnya solat itu adalah satu ketetapan yang diwajibkan atas orang-orang yang beriman, yang tertentu waktunya. " (an-Nisa':103)

Setiap individu Muslimin dan Muslimah mesti mengerjakan solat. Malah, bagi ketua keluarga seharusnya memerintahkan ahli keluarganya melakukan solat. Ibu bapa pula wajib mengajar dan membimbing anak melakukan ibadat itu, seawal usia tujuh tahun. Ibadat solat adalah suatu perintah daripada Tuhan kepada hamba-Nya. Banyak kelebihan, keberkatan dan rahsia yang terkandung di dalam solat, malah mengiringi mereka yang mengerjakannya. Solat akan menjadikan seseorang sentiasa mengingati Allah dan menghampirkan diri dengan-Nya, sekali gus menjadikan kehidupan seseorang itu sentiasa berhubungan dengan Tuhannya.

" Sesungguhnya Akulah Allah, tiada Tuhan melainkan aku, oleh itu, sembahlah akan daku, dan dirikanlah solat untuk mengingati daku." (Toha:14)

Solat adalah tanda kesyukuran. Muslimin atau Muslimah yang mengerjakan solat adalah mereka yang tahu bersyukur sebenarnya. Mereka bersyukur atas segala nikmat dan rahmat tidak terhingga yang Allah kurniakan dengan melakukan ibadat kepada-Nya. Ibadat solat menghapuskan dosa. Manusia tidak terlepas daripada melakukan dosa dan solat lima kali sehari dapat menghapuskan dosa yang dilakukan. Sebagaimana satu hadis bermaksud:

" Dari Abi Hurairah r.a, sesungguhnya Rasulullah s.a.w bersabda: Solat lima waktu dan solat Jumaat hingga Jumaat berikutnya adalah penebus dosa antara jarak waktu solat-solat itu, selama dijauhinya dosa-dosa besar." (Hadis riwayat Muslim)

Solat juga dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Ibadat solat yang dikerjakan dengan khusyuk dan menepati segala rukunnya boleh mencegah si pelakunya daripada melakukan maksiat dan kemungkaran.

" Sesungguhnya solat itu mencegah daripada perbuatan yang keji dan mungkar, dan sesungguhnya mengingati Allah adalah lebih besar (faedahnya dan kesannya), dan (ingatlah) Allah mengetahui akan apa yang kamu kerjakan." (al-Ankabut:45)

Solat dapat memberi keberkatan, kejayaan dan kebahagiaan hidup. Kita boleh lihat kehidupan orang yang memelihara solat dan orang yang tidak mengerjakan solat, jauh berbeza bukan!

" Sesungguhnya berbahagia/berjayalah orang-orang beriman. (Iaitu) mereka yang khusyuk dalam sembahyangnya." (al-Mukminun: 1-2)

Solat dapat menenteramkan jiwa. Orang yang melakukan solat secara sempurna dan penuh khusyuk, jiwanya aman damai, malah dapat mengawal segala tekanan sekaligus menjadikan kehidupannya lebih ceria. Seorang yang taat mengerjakan solat sepanjang hidup, lagi mengerti betapa besar kepentingan solat itu kepadanya serta memahami kelebihan dan rahsia bacaannya, sudah tentu akan tenang jiwanya.

" Sesungguhnya manusia itu dijadikan (bersifat) mengeluh apabila kesusahan menimpa dia dan kikir apabila keuntungan mengenai dia, kecuali orang-orang yang solat, yang berkekalan atas solat mereka." (al-Ma'arij:19-23)

Rasulullah s.a.w ketika berhadapan masalah akan memperbanyakkan solat kerana solat bagi Baginda adalah amalan penyejuk hati. Kelebihan ini sekurang-kurangnya akan menyuntik diri kita umat Islam untuk lebih tekun mengerjakan solat, malah mereka yang selama ini tidak mengenali ibadat itu tertarik untuk turut sama melakukannya.

Khamis, 9 Julai 2009

Izinkan aku cuti dari dakwah ini.


Jalanan ibukota masih saja ramai hingga larut malam ini, dengan kendaraan yang terus berlalu lalang, juga dengan kehidupan manusia-manusia malam yang seakan tidak akan pernah mati.

Namun kini hatiku tak seramai jalanan di kota ini. Sunyi. Itulah yang sedang kurasakan. Bergelut dengan aktifitas dakwah yang menyita banyak perhatian, baik tenaga, harta, waktu dan sebagainya, seakan menempa diriku untuk terus belajar menjadi mujahid tangguh.

Tapi kini, hatiku sedang dirundung kegalauan. Galau akan saudara-saudaraku dalam barisan dakwah yang katanya amanah, komitmen, bersungguh-sungguh namun seakan semua itu hanyalah teori-teori dalam pertemuan mingguan.

Hanya dibahas, ditanya jawabkan untuk kemudian disimpan dalam catatan kecil atau buku agenda yang sudah lusuh hingga pekan depan mempertemukan mereka lagi, tanpa ada amal perbaikan yang lebih baik. Ya… Mungkin itu yang ada dibenakku saat ini tentang su’udzhan-ku terhadap mereka, setelah seribu satu alasan untuk ber-husnudzhan.

Kini kutermenung kembali akan hakikat dakwah ini. Sebenarnya apa yang kita cari dari dakwah? Dimanakah yang dinamakan konsep amal jama'i yang sering diceritakan indah? Apakah itu hanya pemanis cerita tentang dakwah belaka? Apakah ini yang disebut ukhuwah?

Sering terlontarkannya kata-kata "Afwan akh, ana gak bisa bantu banyak…" atau sms yang berbunyi "Afwan akh, ana gak bisa datang untuk syuro malam ini…" atau kata-kata berawalan "Afwan akh…" lainnya dengan seribu satu alasan yang membuat seorang akh tidak bisa hadir untuk sekedar merencanakan strategi-strategi dakwah kedepannya.

Kalau memang seperti itu hakikat dakwah maka cukup sudah, "Izinkan aku untuk cuti dari dakwah ini, mungkin untuk seminggu, sebulan, setahun atau bahkan selamanya. Lebih baik aku konsenstrasi dengan studiku yang kini sedang berantakan, atau dengan impian-impianku yang belum terpenuhi, atau dengan lebih memperhatikan ayah dan ibuku yang sudah semakin tua, toh tanpa aku pun dakwah tetap berjalan, bukan???"

Sahabat-sahabatku…

Memang dalam dunia dakwah yang sedang kita geluti seperti sekarang ini, tidak jarang kita mengalami konflik atau permasalahan-permasalahan. Dari sekian permasalahan tersebut terkadang ada konflik-konflik yang timbul di kalangan internal aktivis dakwah sendiri.

Pernah suatu ketika dalam aktivitas sebuah barisan dakwah, ada seorang ikhwan yang mengutarakan sakit hatinya terhadap saudaranya yang tidak amanah dengan tugas dan tanggungjawab dakwahnya. Di lain waktu di sebuah lembaga dakwah kampus, seorang akhwat "minta cuti" lantaran sakit hatinya terhadap akhwat lain yang sering kali dengan seenaknya berlagak layaknya seorang bos dalam berdakwah.

Pernah pula suatu waktu seorang kawan bercerita tentang seorang ikhwan yang terdzalimi oleh saudara-saudaranya sesama aktifis dakwah. Sebuah kisah nyata yang tak pantas untuk terulang namun penuh hikmah untuk diceritakan agar menjadi pelajaran bagi kita.

Ceritanya, di akhir masa kuliahnya sebut saja si X (ikhwan yang terdzalimi) hanya mampu menyelesaikan studinya dalam waktu yang terlalu lama, enam tahun. Sedangkan di lain sisi, teman-temannya sesama (yang katanya) aktifis dakwah lulus dalam waktu empat tahun.

Singkat cerita, ketika si X ditanya mengapa ia hanya mampu lulus dalam waktu enam tahun sedangkan teman-temannya lulus dalam waktu empat tahun? Apa yang ia jawab? Ia menjawab "Aku lulus dalam waktu enam tahun karena aku harus bolos kuliah untuk mengerjakan tugas-tugas dakwah yang seharusnya dikerjakan oleh saudara-saudaraku yang lulus dalam waktu empat tahun."

Subhanallah… di satu sisi kita merasa bangga dengan si X, dengan militansinya yang tinggi beliau rela untuk bolos dan mengulang mata kuliah demi terlaksananya roda dakwah agar terus berputar dengan mengakumulasikan tugas-tugas dakwah yang seharusnya dikerjakan teman-temannya. Namun di sisi lain kita pun merasa sedih, sedih dengan kader-kader dakwah (saudara-saudaranya si X) yang dengan berbagai macam alasan duniawi rela meninggalkan tugas-tugas dakwah yang seharusnya mereka kerjakan.

Sahabat….

Semoga kisah tersebut tidak terulang kembali di masa kita dan masa setelah kita, cukuplah menjadi sebuah pelajaran berharga….

Semoga kisah tersebut membuat kita sadar, bahwa setiap aktifitas yang di dalamnya terdapat interaksi antar manusia, termasuk dakwah, kita tiada akan bisa mengelakkan diri dari komunikasi hati...

Ya, setiap aktifis dakwah adalah manusia-manusia yang memiliki hati yang tentu saja berbeda-beda. Ada aktifis yang hatinya kuat dengan berbagai macam tingkah laku aktifis lain yang dihadapkan kepadanya. Tapi jangan pula kita lupa bahwa tidak sedikit aktifis-aktifis yang tiada memiliki ketahanan tinggi dalam menghadapi tingkah pola aktifis dakwah lain yang kadang memang sarat dengan kekecewaan-kekecewaan yang sering kali berbuah pada timbulnya sakit hati. Dan kesemuanya itu adalah sebuah kewajaran sekaligus realita yang harus kita pahami dan kita terima.

Namun apakah engkau tahu wahai sahabat-sahabatku?

Tahukah engkau bahwa seringkali kita melupakan hal itu? Seringkali kita memukul rata perlakuan kita kepada sahabat-sahabat kita sesama aktifis dakwah, dengan diri kita sebagai parameternya. Begitu mudahnya kita melontarkan kata-kata "afwan", "maaf" atau kata-kata manis lainnya atas kelalaian-kelalaian yang kita lakukan, tanpa dibarengi dengan kesadaran bahwa sangat mungkin kelalaian yang kita lakukan itu ternyata menyakiti hati saudara kita.

Dan bahkan sebagai pembenaran kita tambahkan alasan bahwa kita hanyalah manusia biasa yang juga dapat melakukan kekeliruan. Banyak orang bilang bahwa kata-kata "afwan", "maaf" dan sebagainya akan sangat tak ada artinya dan akan sia-sia jika kita terus-menerus mengulangi kesalahan yang sama.

Wahai sahabat-sahabatku…

Memang benar bahwasanya aktifis dakwah hanyalah manusia biasa, bukan malaikat, sehingga tidak luput dari kelalaian, kesalahan dan lupa. Tapi di saat yang sama sadarkah kita bahwa kita sedang menghadapi sosok yang juga manusia biasa? bukan superman, bukan pula malaikat yang bisa menerima perlakuan seenaknya. Sepertinya adalah sikap yang naif ketika kesadaran bahwa aktifis dakwah hanyalah manusia biasa, hanya ditempelkan pada diri kita sendiri.

Seharusnya kesadaran bahwa aktifis dakwah adalah manusia biasa itu kita tujukan juga pada saudara kita sesama aktivis dakwah, bukan cuma kepada kita sendiri. Dengan begitu kita tidak bisa dengan seenaknya berbuat sesuatu yang dapat mengecewakan, membuat sakit hati, yang bisa jadi merupakan sebuah kezhaliman kepada saudara-saudara kita.

Sahabat…

Adalah bijaksana bila kita selalu menempatkan diri kita pada diri orang lain dalam melakukan sesuatu, bukan sebaliknya. Sehingga semisal kita terlambat atau tidak bisa datang dalam sebuah aktivitas dakwah atau melakukan kelalaian yang lain, bukan hanya kata "afwan" yang terlontar dan pembenaran bahwa kita manusia biasa yang bisa terlambat atau lalai yang kita tujukan untuk saudara kita.

Tapi sebaliknya kita harus dapat merasakan bagaimana seandainya kita yang menunggu keterlambatan itu? Atau bagaimana rasanya berjuang sendirian tanpa ada bantuan dari saudara-saudara kita? Sehingga dikemudian hari kita tidak lagi menyakiti hati bahkan menzhalimi saudara-saudara kita.

Sehingga kata-kata “Akhi… Ukhti… Izinkan aku cuti dari dakwah ini” tidak terlontar dari mulut saudara-saudara kita sesama aktifis dakwah.

Isnin, 29 Jun 2009

Rejab : Pengertian, Peristiwa Penting & Amalan


Pengertian

Rejab bermakna kebesaran atau kemuliaan dan ia membawa maksud bulan yang dibesarkan atau dimuliakan. Masyarakat Jahiliyah menamakan bulan ini dengan bulan Rejab kerana mereka memulia dan menghormati bulan ini dengan mengharamkan berperang di dalamnya. Dan Rasulullah SAW mengekalkan nama ini dan mengharamkan pertumpahan darah di bulan Rejab. Dan bagi umat Islam, kita memperingati dan memuliakan Rejab sempena dengan peristiwa besar yang berlaku kepada Rasulullah SAW iaitu peristiwa Isra' dan Mi'raj.


Peristiwa Penting

1.Hijrah Pertama Hijrah ke Habsyah (Ethiopia)
Pihak musyrikin Mekah meningkatkan tekanan dan ancaman kepada Rasulullah SAW dan mereka yang beriman kepada Rasulullah SAW pada ketika itu. Ada di kalangan sahabat yang mengadu kepada Rasulullah SAW tentang derita yang mereka tanggung lalu Rasulullah SAW memerintahkan agar mereka berhijrah ke negeri Habsyah.

Tujuan hijrah ini adalah untuk menyelamatkan iman dan keselamatan diri di samping untuk mencari tapak baru untuk Islam bertapak dan menyusun langkah untuk agenda seterusnya. Diantara mereka yang berhijrah ke Habsyah ialah Saidina Othman RA dan istrinya Roqiah anak Rasulullah SAW. Jumlah mereka adalah 14 orang termasuk 4 orang wanita. Habsyah dipilih adalah kerana rajanya dikenali dengan toleransi dan sikap terbukanya.

2. Isra' dan Mi'raj
Isra'dan Mi'raj ertinya Rasulullah SAW dijalankan dari Mekah ke Baitulmuqaddis di waktu malam dan diangkat ke langit bertemu Allah SWT dan untuk mengambil kewajipan solat 5 waktu dari Allah SWT. Dalam menentukan tarikh bila berlakunya peristiwa ini, sebahagian ulama mengatakan pada 27 RabiulAkhir; sebahagian ulama mengatakan pada 17 RabiulAwal; sebahagian ulama mengatakan 29 Ramadhan; sebahagian ulama mengatakan pada 27 Rejab dan sebahagian ulama yang lain mengatakan pada tanggal-tanggal selain dari yang tersebut.

Menurut Chalil, 1999 sebagaimana yang dijelaskan oleh Dr.(H) Hj. Kassim Bahali, ada setengah ulama mengatakan pada malam tanggal 7 RabiulAwal. Adapun yang terbanyak ialah golongan yang mengatakan pada tanggal 27 Rejab, sekalipun tidak dengan alasan yang kuat.

Tahun berlakunya juga terdapat perselisihan pendapat ulama, ada sebahagian yang mengatakan pada tahun ke 5 dari Bi'tsah (tahun mula diutusnya peribadi Nabi), sebahagiannya berpendapat pada tahun ke 12 dari Bi'tsah; sebahagiannya berpendapat pada tahun sebelum Nabi hijrah ke Thaif, sebahagian berpendapat pada tahun ketiga sebelum hijrah Nabi S.A.W ke Madinah dan ada yang sebahagiannya pula berpendapat lain dari semuanya itu. Bagaimanapun seorang ahli sejarah Islam bernama Ibnu Saad telah mencatatkan dalam kitabnya "At-Tobaqatil Qubra", bahawa berlaku israk mikraj terhadap Nabi s.a.w. ialah pada lapan belas bulan sebelum Nabi S.A.W. hijrah ke Madinah dalam satu peristiwa yang amat bersejarah itu.(Tazkirah, Pusat Zakat N. Sembilan)

3. Perang Tabuk
Tabuk adalah mengambil nama sempena nama satu tempat di Utara Semenanjung Arab di mana Rasulullah SAW dan 30 ribu tentera Islam berkumpul. Tidak berlaku pertempuran kerana tentera Rom telah melarikan diri kerana takut dan gerun kepada kekuatan dan kecekalan tentera Islam yang sanggup menghadapi berbagai kesukaran.

4. Pembebasan Baitul-Muqaddis
Baitul Muqaddis telah dibuka pada zaman Saidina Umar Al-Khattab RA di zaman pemerintahannya. Akibat kelalaian dan perpecahan uamat Islam di zaman pemerintahan Abasiyah, umat Kristian (tentera Salib) telah melakukan serangan demi serangan ke atas Baitul Muqaddis dan akhirnya dapat menawan kota suci Baitul Muqaddis setelah 500 tahun dikuasai oleh pemerintahan Islam. Tentera Salib telah menduduki Baitul Muqaddis hampir 60 tahun sebelum dibebaskan kembali oleh panglima Islam terkenal Salehuddin Al-Ayubi. Beliau telah berjaya menawan kembali Baitul Muqaddis dari tangan tentera Salib pada hari Jumaat, 27 Rejab 583H. Dan pada tahun 1967 bersamaan 1387H umat Yahudi pula menawan Baitul Muqaddis (Palestin) dan menamakan negara baru mereka dengan nama Israel.

5. Lahirnya Imam Syafie RH.
Nama sebenar Imam Syafie RH ialah Muhammad bin Idris. Beliau lahir di Ghuzah, Palestin pada tahun 150H bersamaan 767 Masehi dalam bulan Rejab. Beliau adalah salah seorang dari empat imam mazhab yang besar dalam dunia Feqah. Malaysia mengamalkan mazhab Syafie. Diantara peninggalan imam Syafie RH yang tiada ternilai harganya dan menjadi rujukan sehingga sekarang ialah kitab al-Umm.

Amalan

Tiada amalan khusus untuk bulan Rejab yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW yang dijumpai di dalam mana-mana hadis shahih. Penulis berpendapat ada hikmahnya kenapa Allah SWT, Rasulullah SAW dan para sahabat RA tidak memberitahu tarikh dan tahun berlakunya peristiwa Isra' dan Mi'raj. Rasulullah SAW tidak mahu umatnya menetapkan ibadat-ibadat tertentu di bulan Rejab khasnya pada hari dan malam berlakunya peristiwa Isra' dan Mi'raj itu.

Ini untuk mengelakkan berlakunya perkara-perkara yang diada-adakan (bid'ah) dan perbuatan membeza-bezakan kemuliaan satu-satu bulan. Namun begitu ada pendapat yang meriwayatkan tentang amalan-amalan sunat tertentu seperti solat sunat Rejab, puasa Rejab dan umrah Rejab. Pendapat ini adalah bersandar kepada hadis-hadis lemah.

Terlalu banyak amalan-amalan sunat yang umum yang masih kita belum berkesempatan untuk mengamalkannya boleh kita praktikkan di bulan Rejab ini sebagai persediaan kita menjelang Ramadhan al-Mubarak. Diantaranya solat malam, qiamul-lail, puasa Isnin dan Khamis, tadarrus al-Qur'an dan lain-lain lagi. Di sini penulis ingin menyarankan agar pada akhir bulan Jamadilakhir khasnya pada 29 Jamadilakhir, kita bolehlah melatih mata kita untuk menjejaki hilal. Proses melatih mata untuk merukyah hilal boleh dimulakan 20 minit sebelum Maghrib sehinggalah 20 minit selepas maghrib dengan memerhatikan ufuk Barat sekitar tempat matahari terbenam. Ini boleh dilakukan dengan mata kasar tanpa menggunakan sebarang alat kecuali untuk melihat matahari perlukan penapis (solar filter).

Bagi mereka yang mempunyai teleskop atau teodolite ataupun binocular, inilah masanya untuk menguji peralatan dan kemahiran masing-masing agar pada hari cerapan hilal Sya'ban, Ramadhan dan Syawal kita tidak menghadapi masaalah dalam melakukan cerapan hilal. Dan sebenarnya Rasulullah SAW sendiri amat mengambil berat tentang kedudukan bulan pada setiap akhir bulan khasnya apabila menjelangnya bulan Rejab dan bulan-bulan seterusnya.





Sumber Disediakan oleh:
Bahagian Falak dan Sumber Maklumat Jabatan Mufti Negeri Melaka
www.al-azim.com

Uwais al-Qorni-Versi Indonesia

Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit. Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan karenanya.

Dia adalah “Uwais al-Qorni”. Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, banyak orang suka mentertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya. Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya, memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata : “Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri”.

Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya. Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya. Uwais al-qorni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran.

Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam. Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya. Diceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Khabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada Rasulullah SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya.




Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, bilakah ia dapat menziarahi nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ?
Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditinggalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata : “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”. Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya.

Tibalah Uwais al-Qorni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah Sayyidatina ‘Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi, bilakah beliau pulang? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas pulang”. Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada Sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru. Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-qorni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.

Rosulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-qorni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada Sayyidina Ali k.w. dan Sayyidina Umar r.a. dan bersabda : “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”. Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah digantikan oleh Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-qorni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada Sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.

Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera Khalifah Umar r.a. dan Sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni. Sesampainya di khemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan Sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri sholatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar ! Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara ? “Abdullah”, jawab Uwais. Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?” Uwais kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah: “Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”. Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata: “Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi”.




Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghentam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. “Wahai waliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!”Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yang terjadi ?” “Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihentam ombak ?”tanya kami. “Dekatkanlah diri kalian pada Allah ! “katanya. “Kami telah melakukannya.” “Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!” Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu.
Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat”. “Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? “Tanya kami. “Uwais al-Qorni”. Jawabnya dengan singkat. Kemudian kami berkata lagi kepadanya, “Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir.” “Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?” tanyanya.”Ya,”jawab kami. Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.

Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya. Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, “ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan Sayyidina Umar r.a.) Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa “Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit.

Sabtu, 20 Jun 2009

99 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman


01. Bersyukur apabila mendapat nikmat;

02. Sabar apabila mendapat kesulitan;

03. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;

04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;

05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;

06. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;

07. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;

08. Jangan usil dengan kekayaan orang;

09. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang;

10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan;

11. Jangan tamak kepada harta;

12. Jangan terlalu ambitious akan sesuatu kedudukan;

13. Jangan hancur karena kezaliman;

14. Jangan goyah karena fitnah;

15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri;

16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram;

17. Jangan sakiti ayah dan ibu; 18. Jangan usir orang yang meminta-minta;

19. Jangan sakiti anak yatim;

20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;

21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil;

22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);

23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu;

24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah di masjid;

25. Biasakan shalat malam;

26. Perbanyak dzikir dan do'a kepada Allah;

27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;

28. Sayangi dan santuni fakir miskin;

29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;

30. Jangan marah berlebih-lebihan;

31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan;

32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah;

33. Berlatihlah konsentrasi pikiran;

34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi;

35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syaitan;

36. Jangan percaya ramalan manusia;

37. Jangan terlampau takut miskin;

38. Hormatilah setiap orang;

39. Jangan terlampau takut kepada manusia;

40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala;

41. Berlakulah adil dalam segala urusan;

42. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;

44. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;

45. Perbanyak silaturrahim;

46. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;

47. Bicaralah secukupnya;

48. Beristeri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya;

49. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu;

50. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;

Buta Mata Tidak Bererti Buta Hati


"Marhaban biman 'atabani rabbi," demikian ucapan Nabi Muhammad s.a.w. setiap kali baginda bertemu orang itu.Ucapan demikian khusus kepadanya sahaja dan tidak baginda lakukan demikian pada para sahabat. Ucapan "selamat datang untuk orang yang olehnya aku mendapat teguran ALLAH," terjadi satu peristiwa yang berlaku ketika Nabi masih berada di Mekah dan dakwah Islam baginda menerima gangguan terus-menerus. Nabi Muhammad s.a.w. sedang melakukan dakwah kepada beberapa tokoh-tokoh Quraisy agar mereka memeluk Islam di antaranya adalah Abu Jahal dan Atabah bin Rabi`ah; pemuka golongan Musyrik.Tiba-tiba datang seorang buta bernama Ibnu Ummi Maktum. Ia mendekati orang ramai yang berada di situ lalu berkata kepada Nabi: "Ajarkan padaku ,ya Rasulullah apa yang diajarkan Allah kepada engkau."
Nabi tidak mengindahkannya. Rupanya baginda lebih mengharapkan tokoh-tokoh Quraisy itu dahulu sehingga tidak memberi perhatian kepada si buta tersebut. Kerana jika mereka masuk Islam, tentu ramai yang lain akan mengikutnya,demikian yang terfikirkan oleh Nabi ketika itu.Sikap baginda itu tidak dibenarkan Allah. Allah s.a.w. dengan segera menegur kepada Nabi dengan menurunkan ayat dan menghendaki Nabi merubah sikap baginda.
"(Muhammad) bermuka masam dan berpaling. Kerana orang buta datang kepadanya. Barangkali, siapa tahu, beliau ingin membersihkan jiwanya. Atau ingin mendapat pelajaran bermanfaat (untuk dirinya). Adapun orang yang merasa dirinya kaya itu, engkau datang menghadapinya.Tidak ada (celaan) pada engkau bila beliau tidak membersihkan jiwanya. Orang yang datang pada engkau dengan kesanggupan usahanya,sedang beliau takut pada Allah, maka engkau tidak mempedulikannya. Sekali-kali tidak(begitu hendaknya)! Sesungguhnya (ajaran-ajaran Allah) itu adalah suatu peringatan." Demikian ayat teguran Allah kepada Nabi yang di sebut dalam al-Quran, surah Abasa. Ayat ini telah menyedarkan Nabi dan baginda bertemu akan si buta itu dan Nabi s.a.w. ucapkan "marhaban biman atabani rabbi".Padanya juga baginda ajarkan agama Islam seperti para sahabat yang lainnya. Pada suatu hari Jibrail datang mengunjungi Rasulullah s.a.w. ,sedangkan Ibnu Ummi Maktum berada dekat baginda. "Sejak bila engkau tidak melihat," demikian ditanyakan padanya. "Sejak saya masih kecil," jawabnya. Lalu disampaikan kepadanya Hadits Qudsy. "Bila Aku (ALLAH) ambil apa yang dimuliakan dari hamba-KU,gantinya nanti ialah Syurga (kalau beliau sabar)." Di waktu lain pula ketika baginda hendak ke medan perang, Ibnu Ummi Maktum diangkat baginda sebagai Gabenor Tentera Madinah.Semasa dalam pimpinannya itu, ketika solat Jumaat beliau sendiri yang membaca khutbah. Demikianlah beliau mendapat penghargaan dan Allah sudah menghargainya. Namun demikian Ibnu Ummi Maktum sedar akan dirinya dan beliau tidak lupa daratan atau menyombong diri. Sewaktu beliau berkhutbah jumaat, beliau tidak mahu menaiki mimbar yang selalu dipakai Nabi. Cukup dgn beliau berdiri di samping mimbar itu. Tetapi kerjanya sebagai muazzin adalah yang paling disukainya.Nabi mempunyai muazzin yang lain iaitu Bilal. Kerana itu, Baginda telah memberi ketentuan waktu masing-masing. "Bilal azan di waktu malam,maka makan dan minumlah kamu(untuk puasa) sehingga tiba giliran Ibnu Ummi Maktum (azan subuh)," perintah Nabi kepada kedua mereka. Teguran Allah kepada Nabi sewajarnya menjadi peringatan kita bahawa orang cacat,miskin, atau orang kecil sekalipun jangan diabaikan kerana mungkin mereka juga kuat beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka sedia berkorban pada agama Islam. Sesungguhnya kejadian ini dijadikan teladan yang baik hendaknya bagi kita umat Nabi Muhammad s.a.w.


* Sumber: Buku "Kisah Ringkas Kehidupan Rasulullah s.a.w." karangan Nawawi Dusuki

Jumaat, 19 Jun 2009

Permulaan Pada Kisah Cinta


“BERAPA banyak lagi beras yang tinggal?” Akhirnya arwah atuk mengagah sukma untuk bertanya juga, mungkin untuk menyedapkan suasana redup yang terkulai sesal dan kecewa di suatu petang itu. “Tinggal dua cupak besar lagi ayah. Cukup untuk dua hari lagi, insha-Allah” Ibu pula menjawab, cuba menyapa lembut pertanyaan arwah atuk, yang sedikit faham disebalik ronaan mata yang mengecil arwah atuk. Tujuh orang adik-beradik masih sekolah, tinggal ibu dan kakak yang sudah tamat sekolah menengah. Ibu bertekad untuk tidak menyambung pengajian, berkorban tenaga demi sesuap nasi. Biarlah adik-adik yang lain bersekolah. “Jangan risau nak, ayah tahu di mana perlu cari sumber rezeki. Tengok adik-adik yang lain, ayah mahu keluar sekejap” Hujan mula menampakkan jantan, turun bersama sambaran petir yang meraum membunuh roh jahat. Inilah kali pertama penulis tersedar dari lamunan yang jauh, belajar dari kehidupan. Ingin menjadi seorang anak dan hamba yang sentiasa bersyukur di atas nikmat kurnian Ilahi. Ibu selalu ingatkan anak-anaknya dengan sebuah cerita lama, diulang siar setiap masa bilamana kami berkumpul santai. Kenapa ibu tidak jemu untuk bercerita? Bahkan menjadi seorang pujangga yang sarat dengan hikayat, bersemangat memberi faham, dan peringatan tika hidup di sebuah puaka yang telah menelan manusia, hanyut bersama dosa noda. Mata mana yang sanggup melihat, orang tersayang bersusah payah membanting tulang empat kerat, demi melihat keluarga kenyang, ceria, dan tiada pula menangis hiba meratapi kehidupan yang susah ini. Menangis bukan jawapan yang jelas, bukan bayaran setimpal pada sebunjut tenaga yang menjadi galang pengganti pada hayat yang terus menyambung. Namun, itulah lukisan alam, hidup sehari ke sehari membilang angka, esok yang indah umpama mimpi. Bebunga yang baru berputik, berguguran setiap detik. Kini arwah atuk sudah tiada, yang ada adalah semangat beliau, kejujuran beliau, kegigihan beliau, buat santapan generasi terkemudian. Setiap bait kata-kata arwah cukup menyengat, dan menikam Qalbu. Banyak air mata terkadang dibuang, mengenang yang telah pergi. Tetapi bila dikaji sejarahnya dulu masa insan yang ditangisi itu ada, menangis dia bercakap dan menasihati kita tentang bagaimana nak menjalani kehidupan sempurna, tapi tidak pula dipedulikan. Bila jasad dah pergi, dan diri kena hidup bersendirian, mula berlenangan air mata, tambah-tambah lagi pergi ke pusara. Kesedihannya tidak tergambar untuk memperbaiki keadaan, hanya kelangsungan kebiasaan yang tidak mengundang kebaikan.

Rabu, 17 Jun 2009

Zikir & Fikir, Di Mana Kita?

Biasanya perkataan ZIKIR lebih dominan dengan golongan agama, manakala perkataan FIKIR pula ditujukan kepada mereka yang berfikir ataupun dikenali sebagai intelektual. Perlabelan ini menjadi semakin jelas ketika zaman pertengahan Eropah wujud. Pertembungan dua gelombang antara golongan beragama dan golongan berfikir semakin meninggi, semuanya bermula dengan keengganan gereja menerima dan mengiktiraf pandangan-pandangan saintis ketika itu. Semasa zaman pertengahan Eropah yang dikenali dengan zaman Enlightment (pertengahan abad ke-17), masyarakat yang berfikir sentiasa dimusuhi oleh masyarakat yang berzikir. Peristiwa pertembungan antara golongan gereja dan ahli sains ketika itu telah mencipta jurang yang sangat besar antara ZIKIR dan FIKIR. Kemuncaknya apabila Galileo dihukum sebagai pembuat bidaah dan berbahaya oleh pihak gereja.Ini kerana teori yang dikemukan oleh Galileo iaitu Matahari adalah pusat cakerawala dan bukannya Bumi. Manakala golongan FIKIR pula menjadi elergik terhadap golongan ZIKIR. Pada pandangan mereka, golongan ini adalah manusia yang tidak produktif dan manusia yang tidak menyumbangkan apapun terhadap ketamadunan. Maka muncullah golongan Sekularisme dimana kepercayaan atau fahaman yang menganggap bahawa urusan keagamaan atau ketuhanan (Zikir) tidak harus dicampurkan dengan urusan negara, politik dan pentadbiran (Fikir). Ringkasnya sekularisme adalah satu fahaman yang memisahkan antara urusan agama dari kehidupan dunia seperti politik, pentadbiran, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Islam melihat permisahah ini sebagai satu racun dan kemudaratan terhadap sistem kehidupan. Islam tidak membenarkan permisahan antara ZIKIR dan FIKIR, kerana Islam mengiktiraf kedua-duanya sebagai saling melengkapi. Larangan pemisahan jelas dapat dilihat didalam al-Quran apabila, Allah menyuruh orang-orang beriman agar mengambil agama secara keseluruhan iaitu ZIKIR dan FIKIR. Kata Allah;
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” Peringatan ini sangat diperlukan apabila sebahagian umat Islam sudah mula untuk cenderung mengambil sikap memisahkan antara ZIKIR dan FIKIR. Sejak kejatuhan Khilafah Turki Utsmaniah pada 1924, kecenderungan ini mula nampak apabila Kamal Attartuk memisahkan rakyat Turki dari agama dengan kehidupan apabila secara rasminya meletakkan negara itu dibawah bumbung pemerintahan Sekuarlisme. Bukan hanya rakyat Mahrain yang terpengaruh dengan doktrin pemisahan ZIKIR dan FIKIR ini, malahan para sarjana Islam juga tidak terkecuali. Syeikh Ali Abdul Raziq (1888-1966) seorang sarjana dalam bidang Syariah dan juga Syeikh di Al-Azhar, mencetuskan kontroversi apabila buku beliau yang bertajuk “Al-Islam Wa Usul Al-Hukm” (Polemik Islam & Dasar Pemerintahan) yang diterbitkan pada tahun 1925 sejurus setahun selepas kejatuhan Khilafah Utsmaniah membicangkan dan menekankan bahawa politk dan sistem pemerintahan seharusnya dipisahkan dari agama. Buku beliau mendapat bantahan yang keras dari pelbagai sarjana Islam dan Universiti al-Azhar telah melucutkan gelaran Syeikh daripada beliau. Peristiwa ini sangat jelas memberitahu kepada kita bahawa kekalutan dan kemudaratan yang besar akan berlaku apabila ZIKIR dan FIKIR tidak lagi disatukan. Di dalam kita berzikir dengan merenung dan bertadabbur ayat-ayat Quran, sebenarnya dalam masa yang sama kita juga menggerakan minda kita untuk berfikir. Buktinya sangat jelas apabila Allah mengkhbarkan kepada manusia tentang Matahari bukanlah statik tetapi mempunyai orbitnya sendiri melalui surah Yassin ayat 38,
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ Maksudnya:..dan (sebahagian dari dalil Yang tersebut ialah) matahari; ia kelihatan beredar ke tempat Yang ditetapkan baginya; itu adalah takdir Tuhan Yang Maha Kuasa, lagi Maha mengetahui.
Fakta yang dikemukakan dalam Al-Quran ini telah ditemui melalui pemerhatian astronomi hari ini. Berdasarkan kepada kiraan pakar-pakar astronomi, matahari bergerak dalam kelajuan yang besar selaju 720, 000 km sejam mengarah ke bintang Vega dalam satu orbit tertentu dalam sistem Solar Apex. Ini bererti matahari bergerak sejauh 17,280,000 km sejam secara anggaran. Bersama-sama dengan matahari, dan semua planet dan satelit yang berada dalam lingkungan sistem graviti matahari (sistem solar) juga turut bergerak pada jarak yang sama. Di dalam kita berzikir sebenarnya kita juga berfikir, fakta ini juga membuktikan bahawa Islam tidak pernah memisahkan manusia khususnya penganutnya dari Zikir dan Fikir. Malahan meraikan kedua-duanya, kerana kedua-duanya sangat diperlukan dalam membina sisitem kehidupan yang sejahtera dan bertamadun. Buktinya, Allah berkata dalam surah al-Imran ayat 191,
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Maksudnya: (Iaitu) orang-orang Yang menyebut dan mengingati Allah semasa mereka berdiri dan duduk dan semasa mereka berbaring mengiring, dan mereka pula memikirkan tentang kejadian langit dan bumi (sambil berkata): "Wahai Tuhan kami! tidaklah Engkau menjadikan benda-benda ini Dengan sia-sia, Maha suci engkau, maka peliharalah Kami dari azab neraka.Jadi persoalannya kini, dimanakah ZIKIR dan FIKIR kita?

Cerita Pengemis Dan Isteri Cantik


Pada suatu hari, ketika sepasang suami isteri duduk makan. Diruang tamu, datang seorang pengemis berpakaian lusuh meminta belas kasihan mereka. ''Tolonglah Encik ,saya lapar ,sejak semalam tidak menjamah sesuap nasi.''Dengan muka bengis,si suami sambil menjeling isteri yang cantik terus menghalau dan menengking si pengemis itu . Dalam hatinya berkata ''Aku membina perniagaan hingga berjaya bukan untuk orang lain,tapi untuk diri dan keluargaku.'' Si isteri tidak dapat berbuat apa-apa dengan sikap suaminya walaupun dalam hatinya ada niat untuk bersedekah. Beberapa tahun kemudian, perniagaan si suami jatuh muflis dan dia menjadi miskin. Dia terus menceraikan isterinya kerana tidak mahu isterinya turut menderita sepertinya. Setahun kemudian, isterinya yang masih cantik itu berkahwin pula dengan lelaki lain. Pada suatu hari, sedang si isteri dan suami barunya mengadap makanan, tiba-tiba seorang pengemis mengetuk pintu sambil meminta belas kasihan. Mendengar rayuan pengemis itu, si suami menyuruh isterinya menghidangkan sepinggan nasi berlaukkan seperti yang mereka makan. Setelah memberi sepinggan nasi kepada pengemis, si isteri menangkup muka sambil menangis. Si isteri mengadu, si pengemis itu sebenarnya adalah bekas suaminya yang dulu pernah menengking seorang pengemis . Suami yang baru itu menjawab dengan tenang : ''Demi ALLAH ,akulah pengemis yang dihalau dan ditengking itu . RASULULLAH S.A.W Bersabda: ''Sedekah itu dapat menutup 70ribu kejahatan''. Anas Malik pula meriwayatkan bahawa NABI MUHAMMAD S.A.W ada bersabda yang bermaksud ; ''Barang siapa mempunyai harta, maka bersedekahlah dia dengan kekayaanmu. Barang siapa yang mempunyai ilmu, maka sedekahlah dengan ilmunya dan barang siapa yang mempunyai tenaga bersedekahlah dengan tenaganya''.


p/s: CERITA INI MEMBERI PENGAJARAN BAHAWA HIDUP KITA SEPERTI PUTARAN RODA DAN TIDAK SELALUNYA DI ATAS .ADA MASA DAN KETIKANYA KITA AKAN TURUN DAN KE BAWAH DAN NAIK SEMULA ATAU SEBALIKNYA .

Jumaat, 22 Mei 2009

Panduan Khusyuk Dalam Solat














  • Memakai pakaian yang bersih dan suci lagi kemas serta bau-bauan yang diharuskan dan sentiasa sembahyang di awal waktu kecuali jika ada sesuatu majlis atau keuzuran
  • Tidak memandang ke kiri atau ke kanan sebaliknya terus memandang ke tempat sujud
  • Menyemaikan di dalam hati perasaan takut dan rendah diri terhadap Allah yang Maha
  • Melihat setiap gerak-geri kita
  • Menumpukkan pandangan ke tempat sujud dan tidak banyak menggerakkan anggota badan dalam sembahyang
  • Membanyakkan sedekah terutamanya kepada golongan fakir miskin
  • Memastikan tidak ada gangguan di dalam kawasan atau persekitaran sembahyang
  • Cuba memahami segala isi bacaan dalam sembahyang termasuk ayat Al Quran, zikir dan tasbih
  • Mengambil wuduk dengan sempurna supaya air merata pada semua bahagian anggota yang wajib dan membaca doa apabila air melalui di tiap-tiap anggota tersebut
  • Membaca surah An-Nas, selawat ke atas Rasulullah SAW, istighfar dan apa-apa bacaan untuk menjauhkan gangguan syaitan sebelum takbir
  • Tidak menahan diri dari membuang air kecil atau air besar sebelum sembahyang sebaliknya hendaklah ditunaikan hajat itu
  • Menjaga makan dan minum dan memastikan sumbernya dari yang bersih lagi halal serta menjauhi makanan yang haram dan syubahat
  • Memastikan di bahagian hadapan tempat sujud tidak ada gambar yang boleh menarik pandangan yang menyebabkan fikiran dan hati terganggu
  • Banyak mengingati mati dan menganggap sembahyang yang dilakukan itu adalah sembahyang yang terakhir dalam hidupnya
  • Menyedari hakikat yang ianya sedang berhadapan dengan Allah yang Maha Agung dan
  • Maha Mengetahui akan segala rahsia hambanya Memusatkan seluruh ingatan dan tumpuan pada sembahyang serta melambatkan bacaan tasbih

Tanda-tanda Kecil Kiamat


1) Penaklukan Baitulmuqaddis. Daripada Auf b. Malik r.a., katanya, "Rasulullah s. a. w. telah bersabda:"Aku menghitung enam perkara menjelang hari kiamat."Baginda menyebutkan salah satu di antaranya, iaitu penaklukan Baitulmuqaddis." - Sahih Bukhari 2) Zina bermaharajalela. "Dan tinggallah manusia-manusia yang buruk, yang seenaknya melakukan persetubuhan seperti himar (keldai). Maka pada zaman mereka inilah kiamat akan datang." - Sahih Muslim 3) Bermaharajalela alat muzik. "Pada akhir zaman akan terjadi tanah runtuh, rusuhan dan perubahan muka."Ada yang bertanya kepada Rasulullah; "Wahai Rasulullah bila hal ini terjadi?" Baginda menjawab; "Apabila telah bermaharajalela bunyi-bunyian (muzik) dan penyanyi-penyanyi wanita" - Ibnu Majah 4) Menghias masjid dan membanggakannya. "Di antara tanda-tanda telah dekatnya kiamat ialah manusia bermegah-megahan dalam mendirikan masjid" - Riwayat Nasai. 5) Munculnya kekejian, memutuskan kerabat dan hubungan dengan tetangga tidak baik. "Tidak akan datang kiamat sehingga banyak perbuatan dan perkataan keji, memutuskan hubungan silaturahim dan sikap yang buruk dalam tetangga." - Riwayat Ahmad dan Hakim 6) Ramai orang soleh meninggal dunia. "Tidak akan datang hari kiamat sehingga Allah mengambil orang-orang yang baik dan ahli agama dimuka bumi, maka tiada yang tinggal padanya kecuali orang-orang yang hina dan buruk yang tidak mengetahui yang makruf dan tidak mengingkari kemungkaran - Riwayat Ahmad 7) Orang hina mendapat kedudukan terhormat. "Di antara tanda-tanda semakin dekatnya kiamat ialah dunia akan dikuasai oleh Luka' bin Luka'(orang yang bodoh dan hina). Maka orang yang paling baik ketika itu ialah orang yang beriman yang diapit oleh dua orang mulia" - Riwayat Thabrani 8) Mengucapkan salam kepada orang yang dikenalnya sahaja. "Sesungguhnya diantara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat ialah manusia tidak mahu mengucapkan salam kepada orang lain kecuali yang dikenalnya saja." - Riwayat Ahmad 9) Banyak wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya telanjang. Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a. "Di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat ialah akan muncul pakaian-pakaian wanita dan apabila mereka memakainya keadaannya seperti telanjang." 10) Bulan sabit kelihatan besar. "Di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat ialah menggelembung (membesarnya) bulan sabit." - Riwayat Thabrani 11) Banyak dusta dan tidak tepat dalam menyampaikan berita. "Pada akhir zaman akan muncul pembohong-pembohong besar yang datang kepadamu dengan membawa berita-berita yang belum pernah kamu dengar dan belum pernah didengar oleh bapa-bapa kamu sebelumnya, kerana itu jauhkanlah dirimu dari mereka agar mereka tidak menyesatkanmu dan memfitnahmu" - Sahih Muslim 12) Banyak saksi palsu dan menyimpan kesaksian yang benar. "Sesungguhnya sebelum datangnya hari kiamat akan banyak kesaksian palsu dan disembunyikan kesaksian yang benar" - Riwayat Ahmad 13) Negara Arab menjadi padang rumput dan sungai. "Tidak akan datang hari kiamat sehingga negeri Arab kembali menjadi padang rumput dan sungai-sungai." - Sahih MuslimHadis-hadis ini adalah merupakan pengkhabaran sebahagian daripada tanda-tanda kiamat yang sudah dan sedang berlaku dalam dunia masyarakat kita.Sama-samalah kita mengambil iktibar dan pedoman daripada hadis-hadis yang telah diriwayatkan daripada Junjungan Mulia Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam.Sesungguhnya Baginda tidaklah bertutur mengikut hawa tetapi semua ini adalah wahyu daripada Allah taala.-editor.

Nasib Pencacai Ashabul Ukhdud


Ustaz Hasrizal bin Jamil“Bawa budak itu ke puncak gunung. Tiba di sana, kamu ugut dia. Jika dia mengalah dan meninggalkan kepercayaannya, maka biarkan dia. Tetapi andai dia berdegil, campakkan sahaja budak itu dari puncak gunung ke bawah!” kata raja yang zalim itu kepada orang-orangnya.Di puncak gunung, keadaan menjadi sangat genting. Orang-orang suruhan raja yang zalim itu sudah bersedia untuk melaksanakan arahan.“Ya Allah, percukupkan aku daripada kejahatan mereka dengan apa-apa sahaja cara yang Engkau kehendaki!” doa si anak muda itu.Gunung bergegar.Lantai bumi bergoncang.Seluruh orang suruhan raja yang zalim itu jatuh dari puncak yang tinggi itu. Mati terbunuh dengan cara kerja Allah yang tidak mereka jangkakan.Budak muda yang beriman itu ada peluang untuk melarikan diri. Dia sendirian di puncak gunung, menyaksikan kejadian yang dahsyat itu. Tetapi perjuangannya belum selesai. Dia pulang ke istana, mencabar raja yang zalim itu. Ada seribu satu hikmah daripada pilihan budak muda itu.Setibanya dia di istana, raja amat terkejut.“Apa yang orang-orang kamu sudah buat!” herdik raja kepada budak itu.Orang kamu?Orang aku?Ada kekeliruan di situ!PENGAJARANCerita di atas adalah petikan daripada kisah anak muda dan Ashab al-Ukhdud di kota Najran. Ia dikisahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’aala di dalam Surah al-Buruj, dan diperincikan oleh Baginda sallallaahu ‘alayhi wa sallam di dalam sepotong hadith yang panjang di dalam Sahih Muslim.Kisah itu penuh iktibar.Tetapi salah satu kejutan besarnya ialah, tindak tanduk raja pemerintah yang zalim itu. Pelbagai pendedahan dilakukan oleh Rasulullah sallallaahu ‘alayhi wa sallam tentang isi perut dan benak hati raja yang zalim itu, agar kita meneladaninya sebagai petunjuk sepanjang zaman.Lucu sekali, raja itu ramai orang suruhannya. Diarahkan mereka agar mengheret budak itu ke puncak gunung dan kemudiannya ke tengah lautan untuk menghapuskan kebenaran. Tetapi tatkala orang-orang suruhannya gagal melaksanakan misi itu, sikap raja terhadap orang-orangnya terus berubah.Kata raja itu (seperti yang disebut di dalam hadith):“Apa yang orang-orang kamu telah buat?”Tidakkah ganjil, raja itu menisbahkan orang-orang suruhannya yang gagal itu kepada budak yang dimusuhinya?Demikianlah para Ulama’ menjelaskan, bahawa itu adalah sikap pemerintah yang zalim. Ketika dia mahu menggunakan orang-orangnya, pelbagai perkara dibuat untuk membina kesetiaan. Tetapi orang suruhan yang setia itu, tatkala khidmatnya sudah tidak diperlukan lagi, dibuang begitu sahaja tanpa sebarang erti.Inilah pesanan Allah dan Rasul buat sekalian pencacai yang memperhambakan diri kepada manusia zalim dan kezalimannya, yang sanggup bermati-matian melaksanakan kerja-kerja kotor majikan yang menggajikannya dengan sekelumit habuan dunia, kalian hanyalah tebu-tebu yang habis madu sepah dibuang.Andai masih ada ruang dirimu diselamatkan…

Kesan Zikir Terhadap Otak


Otak hanyalah aktiviti-aktiviti bio-elektrik yang melibatkan sekumpulan saraf yang dipertanggungjawabkan untuk melakukan tugas-tugas tertentu bagi membolehkan ia berfungsi dengan sempurna. Setiap hari 14 juta saraf yang membentuk otak ini berinteraksi dengan 16 juta saraf tubuh yang lain. Semua aktiviti yang kita lakukan dan kefahaman atau ilmu yang kita peroleh adalah natijah daripada aliran interaksi bio-elektrik yang tidak terbatas. Oleh itu, apabila seorang itu berzikir dengan mengulangi kalimat-kalimat Allah, seperti Subhanallah, beberapa kawasan otak yang terlibat menjadi aktif. Ini menyebabkan berlakunya satu aliran bio-elektrik di kawasan-kawasan saraf otak tersebut. Apabila zikir disebut berulang-ulang kali, aktiviti saraf ini menjadi bertambah aktif dan turut menambah tenaga bio-elektrik. Lama-kelamaan kumpulan saraf yang sangat aktif ini mempengaruhi kumpulan saraf yang lain untuk turut sama aktif. Dengan itu, otak menjadi aktif secara keseluruhan.
Otak mula memahami perkara baru, melihat dari sudut perspektif berbeza dan semakin kreatif dan kritis, sedang sebelum berzikir otak tidak begini. Otak yang segar dan cergas secara tidak langsung mempengaruhi hati untuk melakukan kebaikan dan menerima kebenaran. Hasil kajian makmal yang dilakukan terhadap subjek ini dimuatkan dalam majalah Scientific American, keluaran Disember 1993. Satu kajian yang dilakukan di Universiti Washington dan ujian ini dilakukan melalui ujian imbasan PET yang mengukur kadar aktiviti otak manusia secara tidak sedar. Dalam kajian ini, sukarelawan diberikan satu senarai perkataan benda. Mereka dikehendaki membaca setiap perkataan tersebut satu persatu dan mengaitkan perkataan-perkataan dengan kata kerja yang berkaitan. Apabila sukarelawan melakukan tugas mereka, beberapa bahagian berbeza otak mempamerkan peningkatan aktiviti saraf, termasuk di bahagian depan otak dan korteks. Menariknya, apabila sukarelawan ini mengulangi senarai perkataan yang sama berulang-ulang kali, aktiviti saraf otak merebak pada kawasan lain dan mengaktifkan kawasan saraf lain. Apabila senarai perkataan baru diberikan kepada mereka, aktiviti saraf kembali meningkat di kawasan pertama. Ini sekali gus membuktikan secara saintifik bahawa perkataan yang diulang-ulang seperti perbuatan berzikir, terbukti meningkatkan kecergasan otak dan menambah kemampuannya. Oleh itu, saudara-saudaraku se-Islam, ketika saintis Barat baru menemui mukjizat ini, kita umat terpilih ini telah lama mengamalkannya dan menerima manfaatnya. Malang bagi mereka yang masih memandang enteng kepentingan berzikir dan mengabaikannya.

Maksiat Di Depan Mata, Di Manakah Kita?


Hari ini, ketika ini, dan saat ini, ketika kemungkaran dan maksiat menjadi sebahagian daripada kehidupan masyarakat dan ummat yang kita sayang, DIMANAKAH KITA?
Dimanakah kita yang mengatakan bahawa kita meletakkan
Al-Quran dan As-Sunnah sebagai perlembagaan,
Rasulullah sebagai model ikutan,
Allah sebagai tujuan dan
Jihad fi sabilillah sebagai penamat kehidupan??
Amatlah jelik sekali pada masa ini ketika ummat yang lantang berkata kononnya kita menegakkan negara Islam di kalangan pemimpin-pemimpin kita,mereka yang dengan lantang mengatakan kita ikut langkah Islam dalam negara ini, turut sama leka dalam jalan taghut.
Malah amat lagi menyedihkan bilamana maksiat itu dilihat sebagai perkara biasa yang normal untuk berlaku dimana-mana.
Saudara ku,Syaitan akan mengindahkan pandangan manusia ini atas maksiat yang kita lakukan.
Perhubungan tanpa batasan atas nama cinta sejati antara dua insan dipandang indah oleh masyarakat, dipandang cantik oleh sahabat handai malah dipopularkan oleh ramai dalam kalangan kita dan bahkan ia dipandang mulia.
Namun, perhubungan untuk membina baitul muslim secara baik dan suci tanpa ikatan dan perhubungan yang keji dipandang kolot dan ketinggalan zaman bahkan tidak lagi sesuai dengan zaman ini.
Pemuda-pemuda dan para pejuang yang membawakan dakwah Islamiyah, yang ingin meletakkan kefahaman yang betul kepada ummat dipandang sebagai orang penyibuk bahkan mungkin sekali akan dilabel sebagai ‘terrorist’, pengganas, malah dilabel juga sebagai ‘extremist’. Wujudkah ekstremist dalam beragama? Andai mereka yang mahu menegakkan perintah Allah, mendukung kebenaran serta menjalankan perintah Allah itu digelar ekstrem, bukanlah patut kita gelarkan mereka yang sengaja mahu melanggar perintah Allah juga sebagai ekstrem? ‘Ekstrem’ dalam melakukan kemungkaran. Tidak layakkah begitu?
Para pendokong yang ingin membawa semula ummat Islam kepada Islam dipandang sebagai lebai-lebai yang kuno,kolot dan ketinggalan zaman. Bahkan senang sekali dikatakan:

“Aku enjoy,enjoy gak. Ibadat,ibadat jugak”.
Maka adakah kehidupan kita ini membezakan kehidupan ini dengan Islam?
Bukankah sebagai muslim, kehidupan kita adalah Islam dan Islam itu adalah kehidupan. Bahkan untuk berseronok sakan pun bukankah lebih cantik dan lebih indah sekali kalau ianya selari dengan jalan Islam.

Tiada pergaulan tanpa batas. Tiada kelucahan. Bahkan da`wah juga dapat disampaikan melalui hiburan. Ini bukanlah sesuatu yang mustahil. Tidak semestinya lagu nasyid sahaja perlu ada unsur da`wah. Bukankah lebih cantik andai lagu rock juga ada unsur da`wah?

Tidakkah lebih jelik pabila ketika ada segolongan pihak yang ingin membuat tugas menyedarkan ummat tentang hakikat Islam ini dihalang dengan kuatnya. Tetapi mereka yang ingin melakukan konsert, pesta, keraian yang bukan-bukan dibenarkan dengan sesuka hatinya? Maka dimanakah kononnya Islam yang dilaung-laungkan itu?

Adakah Islam itu hanya tertegak dengan kata? Adakah Islam itu tertegak hanya dengan ceramah dan jualan air liur sahaja?

Saudaraku,

Islam itu adalah kehidupan kita. Saat kita mengucapkan shahadah, kita telah berikrar dan mengikat perjanjian untuk menerima Islam sepenuhnya.

Tiada istilah “part time Muslim”. Hari ini aku ikut jalan kafir, esok aku ikut jalan Islam. Tiada istilah pengasingan Islam dari kehidupan. Tidak ada pengasingan Islam itu dari pemerintahan. Kerana Islam ini sungguh lengkap dan syumul.

Segalanya dari aspek kehidupan seharian, pemerintahan malah kematian. Ketika kita bershahadah, kita telah berikrar pada aqidah kita dan juga kita juga berikrar bahawa kita sanggup mengikut Islam ini.

Adakah shahadah itu sekadar hanya kata-kata kosong??? Renung-renungkan bersama.

Samudera Buat Guru


Di sudut pintu utama kelas , terlihat kelibat seorang manusia mula memasuki kelas dengan perlahan , raut wajahnya agak tua namun semangatnya menampakkan dirinya tidak seperti usianya , dia tampak tegas dan garang. “Bangun..” Kalam pertama yang berbunyi kemudian disambung pula . “Selamat pagi cikgu..” serentak dengan satu nafas alunannya membuatkan kelas bergema di pagi itu. Dia mula melihat setiap seorang pelajarnya . “Kerja sekolah yang saya bagi kamu dah siap?” Reaksi yang pelbagai mula timbul wajah setiap pelajar , ada yang berpeluh, ada pula yang kelam kabut dan ada yang seperti biasa sahaja seolah-olah tiada apa-apa yang berlaku. “Samad , kamu sudah siap?” Samad orang pertama yang disapa. “Err..cikgu , semalam saya tertidur , tak sempat nak buat”. “Apa yang kamu buat dirumah?. Tdur saja kah?” Samad hanya diam tanpa jawapan . “Nah ambik buku kamu ni , buat latihan yang saya bagi di atas padang sana sambil berdiri” Denda buat samad yang tidak siap kerja sekolahnya. Di hari yang lain“Murid-murid hari ini saya nak lihat kerja sekolah yang saya bagi , haa , Samad kerja sekolah kamu bagaimana??” Samad tunduk dan berdiam diri. “Samad , kamu dengar tak apa yang saya cakap ni ?!!”. Gema suara itu menjadikan kelas sunyi sepi. “Saya tertidur cikgu..” “aduhh!” libasan rotan membuatkan samad kesakitan . “Apa nak jadi dengan kamu ni? Datang sekolah lambat , dalam kelas kamu tidur , sekarang kamu keluar , berdiri di padang sana”. Kampung Sebiru Anak-anak kampung girang berlari berkaki ayam bermain sesama mereka . Suasana awal pagi kampung tepian pantai itu agak tenang dengan udara samudera yang nyaman dan selesa. Para nelayan mula melabuhkan kapal-kapal kecil mereka di jeti setelah semalaman di laut, sibuk suasana di Jeti . Hasil tangkapan mereka dinanti-nanti oleh pemborong yang awal-awal lagi sudah tiba di jeti. Samad sibuk menjemur ikan kering di ampaian khas yang dibuat oleh ayahnya dihadapan rumah. “Kau tak pergi sekolah hari ni samad?”, tanya ayahnya yang baru sahaja pulang dari laut. “Pergi ayah , lepas saya jemur ikan kering , saya terus ke sekolah”. Samad menyambung kerjanya. “Oh ya , adik-adik saya dah hantar ke rumah makcik Jamilah , lepas sekolah saya akan ambil mereka”, tambah Samad. Samad merupakan anak yatim , semenjak ibunya meninggal dunia akibat penyakit kanser payudara tahun lalu , Samad banyak belajar untuk berdikari , tambahan pula kesempitan hidup keluarganya membuatkan Samad tidak seperti kanak-kanak lain . Walaupun baru berusia 12 tahun , Samad punya tanggungjawab yang besar , jika ayahnya ke laut , Samad yang akan menjaga adik-adiknya seramai tiga orang . “Kamu lambat datang lagi?” ,tanya Majid . Sahabat baik Samad yang juga merupakan kawan sekampungnya. “Nasib baik cikgu Hamidah tak masuk kelas lagi , kalau tidak habis kamu berdiri di tengah padang lagi”, bebel si Majid . “Kau bukan tak tahu , aku macam mana..” Samad menutup perbualan. “Bangun , selamat pagi cikgu..” Kelas 6 Sentosa bergema di pagi itu. “Murid-murid , pihak sekolah akan mengadakan Sambutan Hari Guru , pada bulan hadapan , saya mahukan wakil daripada kelas ini untuk membuat persembahan nanti , kamu ada cadangkan sesiapa?”, tanya cikgu Hamidah pada anak-anak muridnya. “Majid , cikgu” , Sofi mencadangkan . “Dia pandai menyanyi , hari-hari saya lihat dia menyanyi, kalau cikgu tiada dalam kelas mesti dia menyanyi, macam Akademi Fantasia pulak kelas kita ni”, gurau Sofi . Sofi merupakan ketua kelas 6 Sentosa berseloroh membuatkan satu kelas tergelak. Muka Majid merah , malu. “Kalau macam tu , kamu lah yang akan buat persembahan ya..”, cadang cikgu Hamidah . Majid hanya tersenyum.
“Baiklah kelas,sekarang ni saya nak lihat kerja sekolah yang saya berikan semalam”. Seperti biasa cikgu Hamidah pasti akan mencari Samad , di hujung kelas Samad tertidur , penat agaknya. “Samad!!”. Cikgu Hamidah sudah berubah raut wajahnya yang sememangnya garang , Samad terkejut dan terus terbangun. “Pashh!!” Agak kuat juga tamparan yang cikgu Hamidah berikan kepada Samad. “Kenapa kamu ni teruk sangat? , Saya menyesal dapat anak murid macam kamu, kurang ajar dan tidak tahu menghormati guru, saya nak kamu keluar daripada kelas saya sekarang dan saya tak nak lihat muka kamu lagi!!”, bentak cikgu Hamidah yang benar-benar marah. Cikgu Hamidah memang tegas dan garang orangnya. “Majid, aku memang budak tak berguna”. Samad memulakan perbualan memecah ketenangan bunyi ombak di pantai Kampung Sebiru . “Kau jangan cakap macam tu Samad , cikgu mungkin tak faham bagaimana keadaan kau sekarang ini , hanya aku sahaja yang tahu kau bagaimana” . Majid cuba mententeramkan keadaan. Samad menangis , dihatinya timbul rasa hiba dan sayu mengenang dirinya yang sering malang. Masing-masing senyap , melihat kumpulan ombak yang tidak henti-henti memukul sang pantai sebiru. Sudah hampir seminggu Samad sudah tidak hadir ke sekolah , cikgu-cikgu yang lain sudah bertanya-tanya ke mana perginya Samad , namun bagi cikgu Hamidah dia seolah-olah tidak ambil peduli ketiadaan Samad di dalam kelas. “Puan hamidah , kamu guru kelas 6 sentosa kan? Tahu ke mana perginya pelajar bernama Samad? Sudah hampir semiggu dia tidak hadir ke kelas saya”, tanya cikgu Radzi pada cikgu Hamidah. “Budak tu memang pemalas , selalu saja datang lewat dan tidur di dalam kelas”, rungut cikgu Hamidah. Marahnya mungkin masih belum hilang. Suasana di dalam kelas agak bising , kelas belum bermula . Dihujung tempat duduk Majid berlaku sebuah perbincangan diantara Majid , Sofi dan Ah Leong , mereka Nampak serius seolah-olah membincangkan sesuatu yang penting. “Majid , kau tahu tak kemana perginya si Samad?”, soal si Sofi kerisauan. “Aku pun dah seminggu tak nampak dia, rumahnya juga macam tiada orang , selalu bila waktu petang dia rajin ke tepi pantai dekat rumah aku untuk mengambil angin,tapi sejak seminggu ni tak ada pula aku nampak”, balas Majid. “Tapi semalam dia datang kedai ayah saya , beli peralatan nelayan, ayahnya suruh barangkali . Tapi aku tak sempat bersembang dengannya” beritahu si Ah leong. “Hairan juga..” tambah Majid. Timbul riak wajah yang penuh tanda tanya di sesama mereka bertiga. “Majid , lusa ni dah Sambutan Hari Guru , kamu dah bersedia nak buat persembahan?”, tanya Sofi mengubah topik perbualan. “Insyallah , eh , Ah Leong kau pandai main gitar kan? Nanti kau mainkan utuk aku ya” pinta Majid. “Ok , kawan-kawan tak ada hal punya” .Ah Leong bersetuju. “Habis tu aku nak jadi apa?”. Sofi juga mahu turut serta. “Haa..Sofi kau jadi pengurus kami lah , kau kan pengurus artis”, gurau Ah leong. Mereka bertiga ketawa sesama sendiri. Selepas asar , Majid mahu mengambil angin di pantai berhadapan rumahnya , tiba-tiba dia ternampak Samad, dengan segera dia mendapati Samad. “Samad , mana kau pergi ? dah seminggu aku cari” , Majid beriya-iya menanyakan soalan pada Samad. “Majid , aku dah berhenti sekolah” jawab Samad . Mukanya tenang tetapi riaknya sedih. “Kenapa ?” Majid semakin hairan. “Ayahku , dia tidak mampu lagi nak menanggung perbelanjaan persekolahan aku dan aku memutuskan untuk mengikut ayah ke laut”, jawab Samad. Majid hanya diam , wajahnya mula kesedihan dan simpati. “Memang aku nak jumpa dengan kau Majid , aku tahu esok kan hari guru , aku nak kau berikan surat ini untuk cikgu Hamidah , aku tak ada hadiah nak diberi” Samad mengeluarkan sebuah kertas lusuh daripada kocek seluarnya. “Apa ni Samad?” tanya si Majid. “Sekadar luahan hati aku pada cikgu Hamidah , aku tuliskan sajak untuknya”, balas Samad tenang dan berterus-terang. Majid memeluk Samad , kali ini dia benar-benar sedih dengan keluhuran hati Samad.Mereka menangis. Pantai Sebiru jadi saksi. Hari persembahan untuk sambutan hari guru sudah tiba. Majid akan membuat persembahan. “Kau dah bersedia”, tanya Ah Leong dan Sofi. “Hari ni aku tak menyanyi , aku bersajak , tapi Ah Leong , kau main gitar juga ya untuk aku”, balas Majid. “Kenapa tukar plan?”, Sofi kehairanan. Majid menunjukkan kertas lusuh yang diberikan Samad padanya. “Hadiah untuk cikgu Hamidah daripada Samad”. Majid senyum , namun senyumannya nampak sedih. “Samad dah tak sekolah lagi dah , dia ke laut dengan bapanya”, Majid menambah. Suasana sepi. Masing diam tidak bersuara. “Baiklah , mari kita bersiap” Majid menutup suasana itu . Persembahan tinggal lagi setengah jam. Di atas pentas“Assalamualaikum , saya Majid dan di sebelah saya Ah Leong , hari ini kami akan menyampaikan sebuah sajak yan bertajuk , “Samudera Buat Guru” , sajak ini di tulis khas oleh sahabat kami , Samad”. Majid memulakan biacara. “Sajak ini untuk guru-guru Sekolah Kebangsaan Seroja terutamanya cikgu Hamidah..” Ah Leong menambah. Seluruh dewan memberikan tepukan gemuruh. Timbul rasa hairan di wajah cikgu Hamidah . Terdiam dan ingin tahu. Ah Leong mula memetik gitarnya dengan perlahan , sayu rentaknya. “Sajak ini kutujukan buat guru-guruku yang tersayang , ampunan maaf juga buat kalian kerana saya pelajar yang malas dan tidak menghormati kalian. Kalian juga tidak perlu risau lagi dengan anak muridmu yang tidak berguna ini , saya hanya akan ke laut sahaja selepas ini , namun saya juga teringin seperti anak-anak murid yang memberi hadiah buat guru yang disayangi sempena hari yang berbahagia ini , tidak mampu saya berikan hadiah yang mahal-mahal , cumanya sebuah sajak …khas untuk guru-guruku terutamanya cikgu Hamidah” isi surat tersebut..
SAMUDERA BUAT GURU
Pantai hari ini nampak tenang Tiada gelora,Tiada ombak yang garang,Melihat laut yang jauh itu,Umpama melihat ibu yang tersayang, Pada pantai aku melepas rindu,Pada pantai juga aku menangis,Pada ombak ku kirimkan cinta,Pada dunia lautan itu Guruku , Sayangnya aku pada kamu,Umpama lautan yang luas itu,Jasamu umpama samudera,Memberi sebuah kisah cinta pada manusiaGuruku, Aku anak laut Laut dan pantai duniakuIa juga masa depanku,Ia warna dalam hidupku,Guruku, Kasihmu ku anggap ombak,Ombak tenang di bibir pantai,Jasamu juga ku anggap ombak,Ombak yang garang dan banyak memukul pantai,Guruku, Budimu ku anggap air di laut,Tak pernah kering dan mati,Walau kita nampak jauh,Namun kita dekat pada hati,Guruku, Jika dosa telah aku lakukan,Restu dan maafmu aku dambakan,Jika hatimu luka Selautan ampun ku pohonkan,Hari ini dan esok… Aku akan terus melihat samudera luas ini.. Dan sampai bila-bila.. Samudera ini hadiahku buat guru-guru…
Ada air mata jernih mengalir dipipi para hadirin yang mendengar , Majid teresak-esak mengungkap bait-bait sajak , Ah leong semakin sedih rentak gitarnya. Cikgu Hamidah tidak dapat menahan sebaknya , air mata deras , terlalu deras. Dia teringatkan Samad. Anak muridnya. Hatinya Terusik , sesuatu perlu diubah dan berubah.
p/s: Buat Ibu bapaku selaku guruku yang utama.. Untuk Guru-guru yang pernah mendidikku… Buat Insan-insan yang mengenalkan aku erti Ilmu.. “SELAMAT HARI GURU”.

....


I made this widget at MyFlashFetish.com.